Oleh Chris Boro Tokan
![]() |
Foto Pantai Wato Tena di Adonara |
Pendahuluan
AWAL hidup MULA kehidupan (“Alpha”) sejatinya adalah “ROH”, “Terang” seperti tertegaskan dalam AKHIR kehidupan (“Omega”). Terpahami melalui “POROS” dalam simbol “Matahari Salib Utama” kekinian dan akan datang tentu terus bersinar, kekal abadi sampai akhir zaman (bdk. Wahyu 15: 1-4). Dengan demikian awal hidup dan mula kehidupan yakni kemuliaan yang kekal adalah ‘Roh”. Menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya, awalnya melalui “ledakan besar” yang dikenal dengan teori “The Big Bang” (bdk. Alan Woods dan Ted Grant. “Reason In Revolt”, 1995. Penerjemah Rafiq. N. “Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”. Yogyakarta-IRE Press, 2006,hal. 223-281),. Sesungguhnya adalah sabda-Nya, “Roh Allah bersabda” (“Raya Ola Bebe”) , “The Big Bang” sehingga permukaan bumi awalnya diliputi air (“belebo-lebo”). Kemudian Roh Tuhan, “Terang” itu melayang-layang di atas air (“belebo-lebo”) sebagai proses “buta mete wala mara-tana tawan ekan gere” (proses tercipta pilar bumi) demi “pemisahan langit dan bumi” dalam kajian Oppenheimer itu berawal dari kepulauan Sunda Kecil ( bdk. Stephen Oppenheimer. “EDEN IN THE EAST The Drowned Continent of Southeast Asia”, 1998. Penerjemah Iryani Syahrir, dkk. “EDEN IN THE EAST, SURGA DI TIMUR, Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara”. Jakarta-Ufuk Press, 2010. , hal.475-539.
AWAL hidup MULA kehidupan (“Alpha”) sejatinya adalah “ROH”, “Terang” seperti tertegaskan dalam AKHIR kehidupan (“Omega”). Terpahami melalui “POROS” dalam simbol “Matahari Salib Utama” kekinian dan akan datang tentu terus bersinar, kekal abadi sampai akhir zaman (bdk. Wahyu 15: 1-4). Dengan demikian awal hidup dan mula kehidupan yakni kemuliaan yang kekal adalah ‘Roh”. Menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya, awalnya melalui “ledakan besar” yang dikenal dengan teori “The Big Bang” (bdk. Alan Woods dan Ted Grant. “Reason In Revolt”, 1995. Penerjemah Rafiq. N. “Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”. Yogyakarta-IRE Press, 2006,hal. 223-281),. Sesungguhnya adalah sabda-Nya, “Roh Allah bersabda” (“Raya Ola Bebe”) , “The Big Bang” sehingga permukaan bumi awalnya diliputi air (“belebo-lebo”). Kemudian Roh Tuhan, “Terang” itu melayang-layang di atas air (“belebo-lebo”) sebagai proses “buta mete wala mara-tana tawan ekan gere” (proses tercipta pilar bumi) demi “pemisahan langit dan bumi” dalam kajian Oppenheimer itu berawal dari kepulauan Sunda Kecil ( bdk. Stephen Oppenheimer. “EDEN IN THE EAST The Drowned Continent of Southeast Asia”, 1998. Penerjemah Iryani Syahrir, dkk. “EDEN IN THE EAST, SURGA DI TIMUR, Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara”. Jakarta-Ufuk Press, 2010. , hal.475-539.
Maka sesungguhnya awal mula yang Maha segala-gala ("Raya") bersabda (“Raya Ola Bebe”), “The Big Bang”, sehingga terjadi awal dari permukaan bumi dipenuhi air (“belebo-lebo”). Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.(Kejadian 1:2). Terpahami sebagai proses awal penciptaan langit-bumi dengan segala isinya. Dari proses "belebo-belebo" (permukaan bumi yang dipenuhi air) di keringkan dengan “harmaonisasi dingin-panas” dalam simbol roh Allah melayang-layang di atasnya. Terpahami sebagai proses pengeringan (“buta mete wala mara”) dan "memisahkan") langit-bumi oleh Roh Allah. Memisahkan dengan tercipta (“menciptakan”) “gunung Surga” ("tana tawan ekan gere") dikenal "woka sangaburak-ile tobang dua" di ungkap pula dengan: "mula puken" yakni menanamkan "pilar dasar") : "Mula Puken Nara Raya", gunung Surga Allah, bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/ola-allah-roh-0-ola-ile-allah-ilahi-allah-gunung-batu-ku-misteri-allah-tritungga/1863313397066565/ .
"Mula Puken Nara Raya": gunung Surga (“woka Sanga Burak-ile Toban Dua”)
Gen, “turunan” dalam kegaiban melalui “simbol” unsur “air-udara-api-tanah”, terdialektika. Seperti dalam kisah awal mula semesta dipenuhii “air” dalam kegelapan yang diliputi bayangan sinyal-cahaya sebagai roh Allah (“udara”, “angin”) yang melayang-layang di atasnya. Dengan kehangatan (“api”), menggambarkan Roh Allah “mengharmonisasi” keadaan semesta pada awalnya di penuhi “air” (“belebo-lebo”). Keadaan semesta pada awalnya dalam proses pembentukan massa semesta (“tana tawan-ekan gere”), dikenal sebagai manusia alam gaib dengan nama Masan Raya. Sedangkan Massa Benua dikenal dengan nama Masan Doni dalam unsur maskulin, Peni Masan dalam unsur feminine. Mengulang melalui keyakinan Hindu disebut sebagai “Nara”, sedangkan dalam keyakinan Yahudi disebut “Adon”, “Adonai”, sesungguhnya asli “Adonara”.
Terpahami dalam makna hakiki kata "NARA", satu kesatuan dengan kata "ADO'N" (makna yang hakiki Adonai=memerintah, Adon=mengadili). Kehakian makna kata "NARA" mengulang dalam keyakinan Hindu. Kamus Monier-Williams menyatakan bahwa Nara adalah "Manusia dari zaman awal atau jiwa kekal yang meliputi alam semesta (sering diasosiasikan dengan Narayana, "putra manusia awal". Tertelusuri Nara dan Narayana (Dewanagari: नर-नारायण; IAST: Nara-Nārāyaṇa) adalah sepasang dewa Hindu. Nara dan Narayana merupakan saudara kembar penjelmaan (awatara) Dewa Wisnu di bumi, bertugas sebagai penegak dharma atau kebenaran. Dalam konsep Nara dan Narayana, jiwa manusia Nara adalah pasangan yang kekal dengan Narayana Yang Mahasuci. bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/allah-nara-raya-masan-raya-raya-labi-ledan-ola-nara-ola-ile-ara-kia-ile-lolon-il/2477724088958823/.
Dialektika langit (“Rera Wulan”) simbol jiwa, “tuben mangen” dengan bumi (“Tanah Ekan”) simbol raga, “kakon nawak” oleh surga (“Ua’ken Tukan”) simbol Roh, “eon mekit”, dapat terpahami: Pertama, Roh Allah. Roh Allah jelas menunjuk Roh-Nya Allah yang sama dengan Roh Kudus. Dalam hal ini kita tidak boleh membedakan secara mutlak antara Roh Allah dengan Allah sendiri, sebab Roh Allah adalah Roh-Nya sendiri. Ini satu-satunya keistimewaan yang tidak dimiliki siapapun. Ini hanya dimiliki Allah Bapa (Theos), yang empunya kuasa, kemuliaan dan Kerajaan. Bapa (Theos) ada di tempat yang tidak terhampiri, tetapi Roh-Nya hadir di mana-mana. Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dalam Yohanes 4:24, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Bapa (“Theos”) adalah Roh, dan Roh-Nya melingkupi seluruh jagad raya ini tak terbatas (“0”). Roh sesungguhnya ada di mana-mana (“pendialektika”), namun tidak ke mana-mana (“dialektika”), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/adonara-nuha-nara-nebon-langit-adalah-tahkta-ku-dan-bumi-adalah-tumpuan-kaki-ku/2696821003715796/
Kedua, roh Kristus. Roh Kristus dalam konteks ini (Roma 8) belum tentu menunjuk kepada pribadi Yesus. Dalam bagian lain dalam Alkitab terdapat kata Roh Yesus (Kis. 16:7; Flp. 1:9). Roh Yesus jelas sekali menunjuk kepada Pribadi Tuhan Yesus sendiri; di mana Yesus turun dari surga untuk melakukan tindakan khusus. Tetapi roh Kristus menunjuk kepada hasrat atau gairah yang ada pada Yesus. Kristus artinya yang diurapi. Dalam hal ini, roh Kristus tidak menunjuk kepada Pribadi Yesus, tetapi kepada pengurapan-Nya, yaitu spirit atau gairah-Nya sebagai “yang diurapi”. Di dalam roh Kristus juga terdapat kecerdasan, hikmat dan kepenuhan karunia-karunia Roh Kudus.
Allah Maha Mulia (Agung, Kekal, Adil, Berkuasa) dalam kasih dan pengampunan untuk keselamatan Alam Semesta-Umat Manusia, melalui “Koda Lamaholot” tertelusuri terungkap dalam “Nara Raya: Masang Raya-Raya Labi Ledan” berlokasi asli di Gunung Surga Raya (“woka Sanga Burak-Ile Tobang Dua”) yang “terbelah” kini berada di “Belahan Timur” yakni “Ile Bore” (“Ile Helan Lango Wuyo-Tanah Laga Doni”). Tertelusuri “gunung Surga Terbelah” oleh “Gunung Batu Allah” (“woka Bolen-ile Hadun”) mengakibatkan “hilangnya taman firdaus” melalui “tenggelamnya benua Atlantis” di “akhir zaman hidup menengah” (akhir zaman Mesozoikum). Maka kediaman “Nara Raya” bergeser ke “Gunung Batu Allah” (“woka Bolen-ile Hadun”) kini dikenal dengan “gunung ile Bolen”, maka tertelusuri “Nara Raya” dikenal dengan “Ola Nara”, sedangkan Masang Raya-Raya Labi Ledan diungkap “Ola Ile-Ara Kia Ile Lolon” dalam diksi “Ola Nara: Ola Ile-Ara Kia Ile lolon” bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/allah-nara-raya-masan-raya-raya-labi-ledan-ola-nara-ola-ile-ara-kia-ile-lolon-il/2477724088958823/.
"A'da Nara Raya Ola": gunung Batu Allah (“woka Bolen-ile Hadun”)
Dengan demikian sesungguhnya “keaslian Poros Dunia, Bumi”, “Nara” (“Nara Raya”), yakni "Uak Tukan, Uma Tukan, Wai Matan-Karo Puken". Nara one (O) dalam pemahaman angka-angka (0-10), melalui “Hinga Nara O”: Kelen 5-Nele 5” ( lokasi asli di “gunung Surga (Raya)” yakni “woka Sanga Burak-Ile Toban Dua” yang terbelah, "Ile Bore" belahan Timur, yakni: “Wai Raya” (poros), simbol dari Nara Raya, Hinga Nara O: mendialektikakan ke Masang Raya , “Nobo-Namang” (utara) sebagai “Kelen 5”- Raya Labi Ledan “Kemoti” (selatan) sebagai “Nele 5”) bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/awal-mula-peradaban-dan-kebudayaan-dunia-dalam-adonara-nuha-nebon-melalui-pemakn/1955318984532672/. Dalam simbol “Air Kehidupan”: “Wai Raya, wai matan-wai burak, wai puken-wai belen, bah wai wuring, bolak wai bolen, lein burak wai weran, nuku wutun wure wai waiwadan” bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/4-sungai-surga-dalam-kitab-suci-asli-wai-matan-wai-kou-wai-burak-wai-wadan-di-pu/2492314774166421/.
Kemudian bergeser ke Ile Boleng: Nara Raya (0)-Ola Nara, Masang Raya-Raya Labi Ledan terungkap Ola Ile-Ara Kia Ile Lolon di Poros (kahwa, puncak): membagi “Raran Dopi” sisi Barat kawah selatan (“Ke'dan”) sebagai “Keda 7” replika Kelen 5. Sedangkan “Raran Gerakit” sisi Timur kawah selatan (“Laka’an”) sebagai “Laka 10” replika Nele 5. Penyatuan Langit dunia (0:“k elen 5”) dengan Bumi dunia (0:Nele 5) yakni langit takhta-Ku-bumi tumpuan kaki-Ku: 8 (bdkYesaya 66:1, Matius 5:33-37) lokasi “ile ketogen’ne” (wilayah kahwa selatan). Penyatuan melalui kelembutan kerendahan hari (“7” simbol eken, Kedan 7/raran Dopi) bdk. Matius 18:22. Kelak mencapai kesempurnaan melalui pergumulan (“Laka’an”) yakni “raran gerakit” untuk mencapai-Nya (“10” simbol kesempurnaan: "Laka 10"), yakni kembali ke satu (1) nol (0) bdk. Ulangan 6:5, Matius 5:45, Markus 12:30; Lukas 10:27 ! bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/gunung-boleng-kara-nisa-ola-gunung-batu-allah-salib-atlantis-kosmogram-atlantis/2386841994713700/?
Ditempatkan munculnya 3 gunung secara bertahap (Gunung SURGA:"woka SANGA BURAK-ile TOBAN DUA" dan Gunung BATU ALLAH: “woka BOLEN-Ile HADUN", dan Gunung MANDIRI :"woka TANAH LOLON-ile MANDIRI") plus gunung Laba Lekang (“Ile Laba Lekang”) untuk MENJELASKAN perkembangan ZAMAN di DUNIA. Tertelusuri tahapan perkembangan zaman di dunia dalam bagian pembahasan “Dialektika geologi Bumi” melalui karya Allan Woods & Ted Grant. “Reason In Revolt”, 1995. Penerjemah Rafiq. N. “Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Moderen”. Yogyakarta-IRE Press, 2006. Sedangkan tentang “GUNUNG SURGA TERBELAH” dapat tertelusuri melalui kajian tentang "GUNUNG MASHU", (Arysio Santos. “ATLANTIS The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization” , 2005. Penerjemah Hikma Ubaidillah: “INDONESIA TERNYATA TEMPAT LAHIR PERADABAN DUNIA”. Jakarta-Ufuk Press, 2009 hal. 491-503) Sekaligus pembuktian tempat asal-usul bangsa Mesir dan Mesopotamia kuno bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/mencermati-10-bab-awal-kitab-kejadian-melalui-penciptaan-pohon-kehidupan-ile-bol/2041458602585376/ .
Akhir “era Kuartier zaman Neozoikum” (zaman Hidup Baru) sesungguhnya hilangnya kekaiseran Atlantis dengan meletusnya belahan Barat gunung Surga (“Rian Wale”) memasuki “era Tertier zaman Neozoikum” dikenal dengan “Banjir Nuh”. Dalam zaman Holosen (zaman Pleitosen) terkisahkan Zem (Putra Sulung Nuh) menggambarkan kehidupan baru dalam simbol ile Mandiri. Sosok pengulangan “Poseidon” (“Dewa Air”), yakni “Dasi Lali Jawa” idem “Patigolo Ara Kia” dengan saudarinya “Hadu Bolen Teniban Duli” masing-masing menikah dengan titisan putra-putri Ile Mandiri-woka Tanah Lolon yakni “Wato Wele” dan “Lian Nurat”. Terkisahka “Lian Nurat” menikah dengan “Hadu Bolen Teniban Duli”, sedangkan “Patigolo Ara Kia” menikah dengan “Wato Wele” (bdk. Yoseph Yapi Taum. KISAH WATO WELE –LIA NURAT Dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta-Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997. hal. 20, 22), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/menelusuri-pati-golo-arakian-ile-lolon-hadu-bolen-hinga-ke-ile-mandiri-tanah-lol/2516659558398609/.
"A'da Nawan Nara Gole": “woka Bolen-ile Hadun” Pilar Bumi, “Gala Rera Wulan”
Walau saat akhir zaman (“omega”) nanti “Matahari Salib Kehidupan” (sebagai copy dari “Matahari Salib Utama” simbol “POROS”) suhunya meningkat, membuat kehidupan di bumi akan menjadi mustahil (replika zaman arkeozoikum) bdk. 2 Petrus 3:1-16. Menjadikan “Matahari Salib Kehidupan” (semua makhluk) tentu harus musnah menjadi tiada dari yang ada, demikian teori “Remukan Besar”, “Big Crunch”“ (“Raya Ola Gere’g”, bdk. Wahyu 22:17), “hari Penghakiman Terakhir”, “penghakiman Takhta Putih” (bdk. Alan Woods dan Ted Granthal. 223-281). Namun di antara tiada dan ada itu adalah “Sang ADA”, melalui simbol “POROS”Matahari Salib Utama, “TERANG” dalam nyata MATAHARI kekekalan (bdk. Wahyu 22:5), yang adalah “KEKAL” tidak termusnahkan (bdk. Wahyu 15: 1-4).
TERANG tidak termusnahkan itu sesungguhnya nyata dalam diri “Atan Diken Da’an”, Isa Al maseh, Yesus Kristus, sejatinya raga Allah yang nyata. Sang penyelamat, “Mesias” di “ujung” kesusahan besar untuk memasuki zaman akhir (“Era Kerajaan 1000 Tahun) bdk. Wahyu 20:1-15. Karena DIA sumber dari segala sumber sinar, asal dari segala sumber cahaya (bdk. Wahyu 22:5). Di saatnya semua sudah tiada dalam pekat kelam hitam menggulita (“Lebu’t Raya”), DIA tetap ada, selalu hadir dengan sinar terang, teroboskan cahaya-NYA kembali: “Biarkan kerajaanMU datang!”, yang sering tidak terpahami dan ditakutkan, sehingga ditolak namun sesungguhnya selalu dirindukan. DIA itu sesungguhnya “ADONARA”: ADON, ADONAI, ELOHIM, YEHOVAH, yang adalah ALLAH itu sendiri. AKU adalah Alpha dan Omega, Awal dan Akhir !!! dalam simbol terang, sinar, cahaya, yang asli, kekal, hidup yang ABADI! AKU ADALAH AKU (bdk. Keluaran 3:14), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/raya-ola-masang-raya-ola-ile-raya-labi-ledan-ara-kia-ile-lolon-roh-dalam-ilham-e/2599072866823944/.
Adon berawal dari kata “Tadon” dalam konteks peradaban tertelusuri melalui sosok “Pati Lau Tadon-Tadon mada’ken Bala”. Mengulang melalui kata “Ado” terpahami dalam konteks kebudayaan dalam sosok “Kelake Ado Pehan Beda-Beda Ina Sika Ama Rika”. Menyebut sosok “Pati Lau Tadon-Tadon mada’ken Bala” (“maskulin”) senantiasa dalam konteks peradaban yang berpasangan (“tidak terpisahkan”) dengan sosok “Beda weli seri-seri meripek Patola” (“feminine”). Sedangkan menyebut sosok “Kelake Ado Pehan Beda-Beda Ina Sika Ama Rika” (“feminine”) dalam konteks kebudayaan berpasangan (“tidak terpisahkan”) dengan sosok “Patigolo Arakia Ile Lolon” (“maskulin”). Konteks Peradaban dalam kaitan terciptanya gunung Surga (“woka Sanga Burak Ile Tobang Dua”), sedangkan mengulang dalam konteks Kebudayaan berhubungan dengan munculnya gunung Batu Allah (“woka Bolen-ile Hadun”) membelah gunung Surga, bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/tadon-temadan-bala-ile-lolon-ado-meripek-patola-ina-sika-ama-rika-tadon-rera-wul/2582002605197637/.
Berawal dari "tertutupnya Taman Firdaus" (mengakhiri zaman Paleozoikum) akibat dosa Adam-Eva, sehingga dimulai kehidupan zaman Mezosoikum. Awal kehidupan zaman Mezosoikum sesungguhnya ditandai dengan berakhirnya kehidupan “kanibal” dalam “sihir makanan” seperti yang dilakukan antara lain oleh “Peni Uta Lolon” alias “Wato Peni” kepada suaminya “La Asa”. Pemulihan makanan (“buah-buahan”) untuk kehidupan dari “sihir” itu dimurnikan dengan “pengurbanan darah dan nyawa” gadis “Sabu Tana Tukan-Tukan Tena Lolon”, dimulai kehidupan zaman mesozoikum (zaman hidup menengah), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/sabu-tana-tukan-tukan-tena-lolon-taman-surga-eva-ewa-newa-nuha-wato-peni-bunda-m/1840598706004701/.
Berawal dari "tertutupnya Taman Firdaus" (mengakhiri zaman Paleozoikum) akibat dosa Adam-Eva, sehingga dimulai kehidupan zaman Mezosoikum. Awal kehidupan zaman Mezosoikum sesungguhnya ditandai dengan berakhirnya kehidupan “kanibal” dalam “sihir makanan” seperti yang dilakukan antara lain oleh “Peni Uta Lolon” alias “Wato Peni” kepada suaminya “La Asa”. Pemulihan makanan (“buah-buahan”) untuk kehidupan dari “sihir” itu dimurnikan dengan “pengurbanan darah dan nyawa” gadis “Sabu Tana Tukan-Tukan Tena Lolon”, dimulai kehidupan zaman mesozoikum (zaman hidup menengah), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/sabu-tana-tukan-tukan-tena-lolon-taman-surga-eva-ewa-newa-nuha-wato-peni-bunda-m/1840598706004701/.
Sampai klimaks "hilangnya Taman Firdaus” atau “hilangnya Surga" sebagai berakhirnya zaman mezosoikum dengan dimulainya zaman Neozoikum kuartier. Ditandai adanya gunung Batu Allah :"woka Bolen-ile Hadun", gunung Bolen "Gere ada'na-hadu’na”. Munculnya gunung Batu Allah (gunung Bolen) membelah gunung Surga, sehingga "hilangnya surga, hilang taman firdaus", tenggelamnya benua atlantis. Surga yang hilang, benua yang hilang meninggalkan “dada bumi” yang tidak tenggelam, yakni “Adonara” dengan wilayah daratan baru (listofer) mencakup selatan meliputi Selandia Baru, Barat melingkupi Mada Gaskar, Timur meliputi kepulauan di wilayah pasifik, utara Sulawesi dan Philipina. Tidak mencakup Jawa Purba (Jawa-Sumatra-Kalimatan) dengan Kepulauan sekitarnya termasuk Bali karena sesungguhnya menjadi bagian daratan baru benua Asia. Begitupun Papua dan Kepulauan Aru sesungguhnya daratan baru benua Australia, bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/rahasia-atlantis-matahari-dalam-makna-adonara-solor-mengungkap-indentitas-india-/564264573638127 .
Gunung Surga Terbelah oleh gunung Batu Allah dengan Belahan Timur gunug Surga di kenal "Ile Helan Langowuyo Tana Lagadoni" ("Ile Bore" di lereng kawah selatan sisi Timur Ile Bolen). Sedangkan Belahan Barat gunung Surga di kenal "Rian Wale" ("Ile Rianwale", berposisi di di lereng kawah selatan sisi Barat Ile Bolen). Terusan "ile Rian Wale" ke barat di kenal dengan " barisan Ile ludu timu kelego-Tero Hau Koli Lewp Pulo" yang di ujungnya membentuk "ile Ola'k lagadoni peraarakia woka buribungawutun", bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/menelusuri-koda-kirin-isa-al-maseh-yesus-kristus-melalui-gunung-surga-woka-sanga/2030200543711182/.
Dalam konteks "A'da Nawan Nara Gole", sesungguhnya penyebaran “Mula Puken Nara Raya" melalui "A'da Nara Raya Ola" sebagai“pilar poros bumi” (“gala rera wulan”) melalui kedok bencana dan pengulangan bencana. Bencana hilangnya taman Surga (aspek religius), hilangnya benua Atlantis (aspek alam geografis) dengan terbelahnya gunung Surga (“woka Sanga Burak-ile Toban Dua”) oleh gunung Batu Allah (“woka Bolen-ile Hadun”) gunung Bolen mengakhiri zaman mezosoikum sekaligus dimulai zaman Neozoikum Kuartier. Peristiwa ini sesungguhnya muncul dan meletusnya (“gere ada’na-hadu’na”) gunung Bolen sekaligus membelah gunung Surga dalam belahan Timur (“Ile Helan Lango uyon Tana Laga Doni”) di kenal “Ile Bore”. Belahan Barat gunung Surga di kenal dengan Ile “Rian Wale” terusan “Ile Ludu Timu Kelego-Tero Hau Koli Lewo Pulo” membentuk Ile “Ola’k Pera Arakia-woka Buri Bunga Wutun”. Dalam proses zaman Neozoikum kuartier itu terbentuklah “Kekaiseran Atlantis”, “Lewotanah” (“Tata Peradaban Sipil yang sangat tinggi sebagai ibu kandung peradaban dunia” sesuai pendapat filsuf Plato). Sejatinya gunung Bolen menjadi “Pilar Poros Bumi dan Dunia”, “Gala Rerawulan”, “Eken Matan Pito”, “Gada Besi” dalam Kitab Suci, bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/gada-besi-dalam-kitab-suci-gala-rera-wulan-eken-matan-pito-ilen-boleng-kara-nisa/2406987922699107/.
Peristiwa pembelahan gunung Surga sebagai simbol konflik dua bersaudara dalam Kitab Suci yakni Abel vs Kain. Dikenal sebagai dua bersaudara dalam simbol bangsa Arya vs bangsa Dravida yang menenggelamkan surga, benua Atlantis. Kelak mengulang dalam 70 suku bangsa turunan Nuh (Sem, Cham, Javet) saling berperang pada zaman akhir dikenal “Perang Harmagedon”, disebutkan pula dalam Kitab Suci dengan “Kesusahan Besar”, untuk memasuki era “Kerajaan 1000 Tahun” yakni era “Hari Keilahian ke 3 Yesus Kristus”, bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/penyebaran-manusia-adonara-di-dunia-melalui-70-suku-bangsa-dalam-perang-memasuki/2153065458091356/. Era “Kerajaan 1000 Tahun” yakni era “Hari Keilahian ke 3 Yesus Kristus sesungguhnya pengulangan kehidupan taman surga.
Sedangkan konteks “Kekaiseran Atlantis yang Hilang” (mengakhiri zaman Neozoikum Kuartier) sebagai “hilangnya” sebuah tata peradaban sipil yang sangat maju menurut Plato filosof kesohor bangsa Yunani, dielaborasi oleh Geolog dan Fisikawan Nuklir asal Brasil Arysio Santos (“ATLANTIS The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization” , 2005. Penerjemah Hikma Ubaidillah: “INDONESIA TERNYATA TEMPAT LAHIR PERADABANDUNIA”. Jakarta-Ufuk Press, 2009) dengan “Salib Atlantis” (hal.163-278). Tentu menempatkan kajian F.A.E. van Wouden (“Sociale Structuurtypen in de Groote Oost”.1935. Diindonesiakan Grafiti Pers. “KLEN, MITOS, DAN KEKUASAAN, Struktur Sosial Indonesia Bagian Timur”. Jakarta- Grafiti Pers. 1985.) dalam relevansi logisnya yang mengemukakan konsep Dualisme Komsos dan konsep Dualisme Sosial sebagai konsep Kelangitan (Laki-laki)yang vertikal saling memotong dengan Konsep Kebumian (Perempuan) yang horizontal, membentuk Salib (hal. 82-159). Simbol “Salib Atlantis” dalam petunjuk “Koda” Lamaholot dikenal dengan “Lewo Tanah”.
Mengakhiri zaman Neozoikum Kuartier dengan hilangnya “Kekaiseran Atlantis” sesungguhnya dimulai zaman Neozoikum Tertier. Dimulai dengan tersebarnya ketiga putra Nuh dengan keluarga mereka yang selamat dalam banjir Nuh. Penunjuk “Pati Golo Arakian” dengan saudarinya “Hadun Bolen” membangun Kerajaan Larantuka yakni “Pou Suku 5-Kakan Lewo 10”. Pati Golo Arakia menikah dengan “Wato Wele” saudari dari “Lian Nurat”. Sedangkan Hadun Bolen menikah dengan Lian Nurat saudara dari Wato Wele, (bdk. Yoseph Yapi Taum. KISAH WATO WELE –LIA NURAT Dalam Tradisi Puisi Lisan Flores Timur. Jakarta-Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan, 1997. hal. 20, 22, bdk.https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/patigolo-arakia-ilelolon-ile-boleng-patigolo-arakia-tanalolon-ile-mandiri-dalam-/2521208017943763/ .
“Hilangnya Benua Atlantis” (“Surga yang Hilang”), terpahami melalui berbagai “kepunahan massal”. Teriktisarkan kepunahan massal 1, yang menutup/mengakhiri zaman hidup menengah (akhir zaman mezosoikum), yakni akhir dari siklus kehidupan pertama sekitar 80 ribu – 75 ribu tahun lalu di dalam Kitab Kejadian terjelaskan sebagai Konflik Kain dan Abel. Arisyo Santos mengklasifikasinya sebagai berakhirnya Atlantis Lemuria, yang tercermati sebagai era berakhirnya dominasi Peradaban. Sedangkan kepunahan massal 2 mengakhiri zaman hidup baru, akhir zaman es, yakni akhir dari siklus kehidupan kedua sekitar 11.000 tahun lalu dikenal dengan banjir nabi Nuh dalam Kitab Suci, yang mengakhiri Zaman Neozoikum (akhir zaman Es atau akhir zaman Hidup Baru) 11.000 tahun lalu. Arysio Santos mengklasifikasinya sebagai berakhirnya Atlantis Sang Putra, yang tercermati sebagai era berakirnya dominasi Kebudayaan.
Menyusul kepunahan massal 3 setelah akhir zaman es menempatkan India dengan “Maha Meru” sebagai wilayah Poros, Timur di Cina dengan “Yin-Yan”, Barat di Mesir dengan “Piramida”, Arysio Santos memperkenalkannya sebagai era Replika Atlantis. Replika Surga yang Hilang (replika Salib Atlantis) di India sebagai Poros (keyakinan sepasang pilar di timur dan sepasang pilar di barat, pilar ke lima adalah poros), Timur di Cina (Yin-Yan), Barat di Mesir (Piramida), berakhir 7000 tahun lalu. Kemudian Replika Surga yang Hilang (Salib Atlantis) bergeser ke Israeli (“10 Perintah Allah-Dua Loh Batu”) sebagai Poros, Timur di Arab, Barat di Roma. Israel dengan Sepuluh Perintah Allah/Salib Yahudi, dikembangkan Yunani dengan filsafatnya “Logika-Estetika-Etika”, Roma dengan filsafat barat, salib Kristus, Arab dengan filsafat Timur, kosmogram Atlantis. Tepatnya 2000 tahun lalu sebagai penegasan replika “Surga yang Hilang” berporos di Israel dengan Salib Yahudi, Barat di Roma dengan Salib Kristus. Sedangkan Timur di Arab dengan “Bulan-Bintang” sekitar 1500 tahun yang lalu bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/salib-atlantis-lewo-tanah-sepasang-pilar-piramida-yin-yan-dua-loh-batu-filsafat-/1790287664369139/.
Diikuti era pencerahan pada tahun 1600-1800 sebagai dimulainya era Moderen yang menandakan tampilnya Ilmu Pengetahuan dan teknologi (iptek) mengoreksi kegelapan zaman pertengahan. Kemudian mendekat petengahan abad 20 (1945) terumuskan replika Salib Atlantis melalui ideologi postmoderen, terihlam oleh Bung Karno, di Ende, Flores yang terumuskan dan terkenal dengan “Pancasila” bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/kedatangan-yesus-svd-dan-jejak-peradaban-yang-hilang/629928023738448.
Penutup
Menjemput “Zaman Akhir” Kerajaan Seribu Tahun diperlukan “generasi baru” yakni “generasi milineal” yang sesungguhnya adalah “generasi Mesianik”. Generasi yang tidak saja “Religio Omnium Sciantiarum Anima” (menjadikan “Agama adalah Jiwa dari segala Ilmu Pengetahuan”), penandasan Thomas Aquinas. Melainkan “berkedasyatan keyakinan tradisi yang diteguhkan dengan iman agama, menjadi jiwa dari segala ilmu Pengatehuan dan raga dalam penerapan Teknologi” demi “semakin memanusiakan manusia melalui pelestarian lingkungan alam semesta” (“menegakan hak azasi manusia & pelesterian lingkungan hidup/alam) bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/membaca-tanda-zaman-dan-refleksi-50-tahun-pmkri/602944103103507/
Dengan demikian “generasi milenial” yang sesungguhnya “generasi Mesianik” (“generasi kerajaan 1000 tahun”) adalah generasi baru yang “bertobat” dari kehidupan lama “penuh keduniaan”, lalu dengan sadar hidup baru dalam “Roh dan Kebenaran”. Hidup baru melalui “berdoa, berpuasa, bertobat” untuk berproses dalam tekad meninggalkan kehidupan lama. Dengan “membangun daya ingat” (menurut filsuf Plato), untuk mampu hidup “menegakan kebenaran” dalam kebiasaan kehidupan “berbuat baik”. Sekaligus “berkemampuan berabstaraksi” (menurut filsuf Aristoteles), yakni senantiasa sadar dalam hidup untuk “berbuat kebaikan demi membiasakan hal-hal yang benar” dalam kehidupan. Karena era kerajaan 1000 tahun merupakan era kehidupan kedamaian penuh keadilan (estetika) yang dipimpin Sang Mesias seutuhnya dalam keaslian dialektika kebenaran (logika) dengan kebaikan (etika). Dalam Koda Lewotanah diungkap dengan “Koda 10-Kirin 5” bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/yesus-kristus-isa-al-maseh-kerajaan-ku-bukan-di-dunia-ini-dalam-kehakikian-makna/2175527872511781/.
Terpahami di ujung kerajaan 1000 Tahun (berakhir zaman akhir) untuk memasuki “akhir zaman” yakni “Betu, betu’ke gere, gere gelu gehan kura”(“omega”) sebagai pengulangan dari “mula puken Nara Raya” (“alpha”), bdk. https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/betu-betuke-gere-gere-gelu-gehan-hala-alpha-omega-pati-beda-kerajaan-1000-tahun-/2728755360522360/ . Terjadi pengadilan akhir zaman yakni pengadilan takhta putih (“Ira Bura” ) untuk kembali ke “mula puken Nara Raya”, melalui pemisahan antara yang benar-baik (simbol domba) vs yang tidak benar-jahat (simbol kambing). https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/penghakiman-mesias-yesus-kristus-melalui-keroko-puken-ile-bolen-kara-nisa-ola-ir/2110589715672264/?***
Dataran Oepoi, Kota Karang Kupang, Tanah Timor,
Selasa 3 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar